UIN Alauddin Makassar

UIN Alauddin Makassar

Minggu, 17 Maret 2013

pengambilan spesimen luka


Cairan Luka
Pengambilan kultur luka merupakan suatu prosedur invasive yang membutuhka npenerapan teknik steril, pengetahuan tentang penyembuhan luka, kemampuan pemecahan masalah untuk memastikan keamanan klien, dan oleh karena itu perawat yang perlu melakukan teknik ini.
Jenis drainase (cairan) luka, yaitu:
1.      Serosa
Deskripsi: tampak encer dan jernih
Unsur pokok: serum dengan sedikit sel.
2.      Purulent
Deskriptif: lebih kental karena ada pus; warna bervariasi (misal: sedikit biru, hijau, atau kuning). Warna mungkin bergantung pada organism penyebabnya.
Unsur pokok: leukosit, debris jaringan mati yang cair dan bakteri yang hidupdanmati.
3.      Sanguinosa (hemoragik)
Deskriptif: merah gelap atau terang. Eksudatsanguinosa yang terang mengindikasikan perdarahan segar, sedangkan eksudatsanguinosa yang gelap menunjukkan perdarahan yang sudah lama.
Unsurpokok: seldaerahmerah.
4.      Serusonguinosa
Deskriptif: drainase jernih dan ada sedikit darah. Biasanya terlihat pada insisi bedah.
Unsur pokok: sel darah merah dan serum.
5.      Purosanguinosa
Deskriptif: pus dan darah. Sering terlihat pada luka baru yang terinfeksi.
Unsur pokok: leukosit, debris jaringan mati yang cair, bakteri dan sel darah merah.
Pengambilan Spesimen Cairan Luka.
Perlengkapan:
1.      Sarungtangan disposable.
2.      Sarungtangan steril.
3.      Kantong tahan-lembab.
4.      Set balutan luka steril.
5.      Salin normal dan spuitirigasi.
6.      Tabung kultur dengan swab dan media kultur (tabung aerob dan anaerob tersedia) dan/atau spuit steril dengan jarum untuk kultur anaerob.
7.      Label berisi informasi lengkap pada masing-masing tabung.
8.      Slip permintaan laboratorium yang dilampirkan bersama spesimen.
Persiapan
Periksa permintaan medis untuk menentukan apakah specimen dikumpulkan untuk kultur aerob atau anaerob. Berikan analgesic selama 30 menit sebelum prosedur bila klien mengeluh nyeri pada daerah luka.
Pelaksanaan
1.      Jelaskan kepada klien apa yang akan anda lakukan, mengapa ha ltersebut perlu dilakukan, dan bagaimana klien dapat bekerjasama. Diskusikan bagaimana hasilnya akan digunakan untuk merencanakan perawatan atau terapi selanjutnya.
2.      Cuci tangan dan observasi prosedur pengendalian infeksi lain yang sesuai (misalnya sarung tangan).
3.      Jaga privasi klien.
4.      Angkat setiap balutan luar yang lembab yang menutupi luka.
a.       Pasang sarung tangan disposibel.
b.      Angkat balutan luar dan observasi setiap drainase (cairan) pada balutan. Pegang balutan luka sehingga klien tidak melihat drainase karena tampilan drainase dapat membuat klien terganggu.
5.      Gunakan sarung tangan steril untuk mengambil spesimen.
6.      Ambil drainase luka dengan spuit irigasi
7.      Letakkan dalam tabung kultur dengan swab dan media kultur.
8.      Berikan label pada masing-masing tabung.
9.      Bersihkan luka setelah pengambilan spesimen.
10.  Balut kembali luka dengan set balutan luka steril.
11.  Rapikan alat.
12.  Ucapkan salam terminasi.
Sumber: Audrey, dkk.2009. Buku Ajar KeperawatanKlinisedisi 5 Kozier&Erb. Jakarta. EGC

Kamis, 14 Maret 2013

makalah keterampilan kebutuhan nutrisi UIN Alauddin Makassar


Tugas individu
Dosen pembimbing: Ns.Risnah S.KM.,S.kep,.M.kes

MAKALAH

KETERAMPILAN KEBUTUHAN
NUTRISI



 





OLEH:
Nama: Rosdiana Rusdi
Nim: 70300111072
Keperawatan B2


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN
MAKASSAR
2012





BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Tubuh memerlukan makanan untuk mempertahankan kelangsungan fungsinya. Kebutuhan nutrisi ini diperlukan sepanjang kehidupan manusia, namun jumlah nutrisi yang diperlukan tiap orang berbeda sesuai dengan karakteristiknya, seperti jenis kelamin, usia, aktivitas dan lain-lain (Asmadi. 2008: 67).
Pemenuhan kebutuhan nutrisi bukan hanya sekedar untuk menghilangkan rasa lapar, melainkan mempunyai banyak fungsi. Adapun fungsi umum dari nutrisi di antaranya adalah sebagai sumber energi, memelihara jaringan tubuh, mengganti sel tubuh yang rusak, mempertahankan vitalitas tubuh, dan lain-lain. Oleh karena itu, dalam memenuhi kebutuhan nutrisi perlu diperhatikan zat gizinya (nutrient) (Asmadi. 2008: 67).
Kebutuhan nutrisi bagi tubuh merupakan suatu kebutuhan dasar manusia yang sangat penting. Dilihat dari kegunaannya nutrisi merupakan sumber untuk segala aktivitas dalam sistem tubuh. Sumber nutrisi dalam tubuh berasal dari dalam tubuh out sendiri, seperti glikogen yang terdapat dalam otot dan hati ataupun protein dan lemak dalam jaringan dan sumber lain yang berasal dari luar tubuh seperti yang sehari-hari dimakan oelh manusia. Pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak akan sangat berguna dalma membantu proses tumbuh-kembang (Hidayat. A, dan Musrifatul. 2004: 60-61).
Prosedur pemenuhan kebutuhan nutrisi pada orang sakit yang tidak mampu secara mandiri dapat dilakukan dengan cara membantu memenuhi melalui oral (mulut), enteral dan parenteral (Hidayat. A, dan Musrifatul. 2004: 61).
B.     Tujuan
1.      Mengetahui pengertian nutrisi dan malnutrisi
2.      mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi.
3.      Mengidentifikasi elemen-elemen nutrisi atau zat gizi
4.      Mengidentifikasi status nutrisi
5.      Pengkajian dan diagnosis kebutuhan nutrisi
6.      Menjelaskan pemenuhan kebutuhan nutrisi melalu oral, enteral dan parenteral.
C.     Manfaat
Agar dapat mengetahui kebutuhan-kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan sehingga dapat memenuhi kebutuhan nutrisi klien, dan dapat menerapkan keterampilan yang sesuai dengan prosedur kerja.




BAB II
PEMBAHASAN
A.    Nutrisi dan Malnutrisi
Nutrisi adalah hasil akhir dari semua  interaksi antara organisme dan makanan yang dikonsumsinya. Dengan kata lain, nutrisi adalah apa yang dimakan seseorang dan bagaimana tubuh menggunakannya. Nutrient adalah zat organik, zat nonorganik, dan zat yang memproduksi energi yang ditemukan dalam makanan dan dibutuhkan untuk fungsi tubuh. Menusia memerlukan nutrient yang penting dalam makanan untuk pertumbuhan dan mempertahankan semua jaringan tubuh serta fungsi normal dari seluruh proses tubuh (Kozier.B, dkk. 2009: 438).
Nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat-zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuh serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi juga dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat-zat lain yang terkandung, aksi, reaksi dan keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit (Tarwoto dan Wartonah. 2010: 45).
Nutrien dasar yang paling dibutuhkan tubuh adalah air. Karena setiap sel memerlukan suplai bahan bakar yang kontinu, kebutuhan nutrisi yang paling penting setelah air adalah nutrient yang memberikan bahan bakar atau energi. Nutrient yang memberikan energi adalah karbohidrat, lemak dan protein (Kozier.B, dkk. 2009: 438).
Malnutrisi umumnya didefinisikan sebagai kurangnya zat makanan yang penting, malnutrisi meliputi kekurangan nutrisi atau kelebihan nutrisi (obesitas). Kelebihan nutrisi adalah  asupan kalori yang melebihi kebutuhan energi harian, mengakibatkan menyimpanan energi dalam bentuk bertambahnya jaringan adiposa (Kozier.B, dkk. 2009: 438).
Kekurangan nutrisi adalah insufisiensi asupan nutrient dalam memenuhi kebutuhan energi harian karena asupan makanan yang tidak adekuat atau pencernaan dan absorpsi makanan yang tidak benar. Asupa makanan yang tidak adekuat dapat disebabkan oleh ketidakmampuan mendapat mendapat dan mempersiapkan makanan, pengetahuan yang tidak adekuat mengenai nutrient esensial dan diet seimbang, ketidaknyamanan selama atau setelah makan, disfagia (kesulitan menelan), anoreksia (kehilangan selera makan), mual atau muntah dan lain-lain. Pencernaan dan absorpsi nutrient yang tidak benar dapat disebabkan oleh produksi hormone atau enzim yang tidak adekuat atau akibat kondisi medis yang menyebabkan inflamasi atau obstruksi saluran gastrointestinal (Kozier.B, dkk. 2009: 438).
B.     Faktor Yang Mempengaruhi Kebetuhan Nutrisi
Kebutuhan nutrisi tidak berada dalam kondisi menetap. Ada kalanya kebutuhan nutrisi seseorang meningkat. Begitu pula kebalikannya, kebutuhan nutrisi seseorang menurun. Ada beberapa factor yang mempengaruhi kebutuhan seseorang terhadap nutrisi. Pada bagian ini dikemukakan dua kategori faktor, yaitu faktor yang meningkatkan kebutuhan nutrisi dan faktor yang menurunkan kebutuhan nutrisi (Asmadi. 2008: 78-79).
Menurut (Asmadi. 2008: 79) faktor yang meningkatkan kebutuhan nutrisi antara lain sebagai berikut:
a.       Pertumbuhan yang cepat, seperti bayi, anak-anak, remaja dan ibu hamil.
b.      Selama perbaikan jaringan/pemulihan kesehatan karena proses suatu penyakit.
c.       Peningkatan suhu tubuh. Setiap kenaikan suhu 1° F, maka kebutuhan kalori meningkat 7%.
d.      Aktivitas yang meningkat.
e.       Stress. Sebagian orang akan makan sebagai kompensasi karena mengalami stres.
f.       Terjadi infeksi.
Menurut (Asmadi. 2008: 79) faktor yang menurunkan kebutuhan nutrisi antara lain sebagai berikut:
a.       Penurunan laju pertumbuhan, misalnya pada lansia.
b.      Penurunan basal metabolism (BMR).
c.       Hipotermi.
d.      Jenis kelamin. Umumnya kebutuhan nutrisi pada wanita lebih rendah disbanding laki-laki. Hal ini karena pada wanita BMR-nya lebih rendah dari pada BMR laki-laki.
e.       Gaya hidup pasif.
f.       Bedrest.
C.     Elemen-Elemen Nutrisi Atau Zat Gizi
Tubuh membutuhkan nutrisi untuk kelangsunagn fungsi-fungsi tubuh. Zat gizi berfungsi sebagai pengahasil energi bagi fungsi organ, untuk pergerakan, serta kerja fisik. Sebagian zat gizi berperan dalam pembentukan dan perbaikan jaringan tubuh serta berperan sebagai pelindung dan pengatur (Tarwoto dan Wartonah. 2010: 51).
Elemen nutrisi terdiri atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air.
1.      Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama tubuh. Karbohidrat akan terurai dalam bentuk glukosa ang kemudian dimanfaatkan tubuh dan kelebihan glukosa akan disimpan di hati jaringan otot dalam bentuk glikogen (Tarwoto dan Wartonah. 2010: 51).
Menurut (Asmadi. 2008: 68) fungsi karbohidrat adalah sebagai berikut:
a.       Sebagai sumber energi utama bagi tubuh.
b.      Penting untuk metabolisme lemak normal karena jika karbohidtrat kurang, maka lemak digunakan sebagai sumber energi.
c.       Pada hati, glucorinic acid mempunyai fungsi yang penting dalam pengikatan racun kimia dan bakteri.
d.      Penting dalam mempertahankan integritas fungsi sel saraf dan sebagai sumber energi  otak.
e.       Sisa laktosa dalam usus lebih lama dari pada disakarida, sehingga mempermudah pertumbuhan bakteri yang menguntungkan. Laktosa ini berfungsi sebagai laksatif serta sintesis vitamin B komples dan vitamin K.
f.       Makanan yang banyak mengandung karbohidrat (sereal) juga memberikan suplai protein, mineral dan vitamin B dalam jumlah yang bermakna.
g.      Selulosa (karbohidrat yang tidak dicerna) membantu dalam eliminasi yang normal karena merangsang gerakan peristaltik saluran pencernaan dan absorpsi air sehingga feses menjadi padat.
Sumber karbohidrat berasal dari makanan pokok , umumya berasal dari tumbuh-tumbuhan  seperti beras, jagung, kacang, sagu, singkong, dan lain-lain. Sedangkan karbohidrat pada hewani berbentuk glikogen (Tarwoto dan Wartonah. 2010: 52).
2.      Protein
Protein merupakan unsur zat gizi yang sangat berperan dalam penyusunan senyawa-senyawa penting enzim, hormone dan antibodi.
Adapun fungsi protein menurut (Tarwoto dan Wartonah. 2010: 55), yaitu:
a.       Dalam bentuk albumin berperan dalam keseimbangan cairan yaitu dengan meningkatkan tekanan osmotic koloid serta keseimbangan asam basa.
b.      Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh.
c.       Pengarturan metabolisme dalam bentuk enzim dan hormone.
d.      Sumber energi di samping karbohidrat dan lemak.
e.       Dalam bentuk kromosom, protein berperan sebagai tempat menyimpan dan meneruskan sifat-sifat keturunan.
Sedangkan sumber protein menurut (Tarwoto dan Wartonah. 2010: 55), yaitu:
a.       Protein hewani, yaitu protein yang berasal dari hewan seperti susu, daging, telur, hati, udang, kerang, ayam, dan sebagainya.
b.      Protein nabati, yaitu protein yang berasal dari tumbuhan seperti jagung, kedelai, kacang hijau. Tepung terigu dan sebagainya.
Menurut (Tarwoto dan Wartonah.2010: 55), faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan protein adalah sebagai berikut:
a.       Berat badan seseorang. Semakin besar berat badannyakebutuhan akan protein juga lebih besar, hal ini sangat terkait dengan semakin banyaknya jumlah sel dan jaringan yang harus dipertahankan dan memperbaiki jaringan yang rusak.
b.      Aktivitas. Aktivitas membutuhkan tambahan energi yang di antaranya berasal dari protein.
c.       Keadaan pertumbuhan. Bayi: 3 gr/kgBB, anak-anak 1,77-2-5 gr/kgBB dan pada remaja sampai usia lanjut kebutuhan protein 1,25-1,75 gr/kgBB.
d.      Pada wanita hamil ditambah 10 gr/hari.
e.       Pada ibu menyusui ditambah 20 gr/hari.
f.       Keadaan atau kondisi kesehatan, misalnya sakit atau terjadi infeksi.
3.      Lemak
Lemak merupakan sumber energi yang kedua setelah karbohidrat. Lemak disimpan dalam tubuh sebagai jaringan adipose. Kebutuhan lemak oleh tubuh sekitar 1,5 gr/kgBB/hari. 1 gr lemak menghasilkan 9 kalori. Lemak juga terdapat pada tumbuh-tumbuhan (nabati) dan hewan. Lemak nabati seperti minyak kelapa an minyak kacang-kacangan. Sedangkan lemak hewani terdapat pada susu, keju dan kuning telur. Lemak dapat disimpan dalam tubuh sebagai jarinagan adiposa (Asmadi. 2008: 70).
Fungsi lemak antara lain:
a.       Sumber cadangan energi.
b.      Komponen dari membran sel.
c.       Insulator suhu tubuh.
d.      Pelarut vitamin A, D, E, dan K.
e.       Jenis lemak yaitu kolesterol berfungsi untuk menghasilkan asam empedu yang berperan pada pencernaan dan pembentukan hormone kortison, estrogen, testosterone dan hidrokortison.

4.      Vitamin
Vitamin merupakan komponen organik yang dibutuhkan tubh dalma jumlah kecil dan tidak dapat diproduksi dalam tubuh. Vitamin sangat berperan dalam proses metabolisme karena fungsinya sebagai katalisator.
Menurut (Tarwoto dan Wartonah.2010: 58), Vitamin dikelompokkan menjadi dua yaitu sebagai berikut:
a.       Vitamin yang larut dalam air seperti vitamin B kompkleks dan vitamin C. jenis vitamin ini dapat larut dalam air sehingga kelebihannya akan dibuang melaului urin.
b.      Vitamin yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam lemak seperti vitamin A, D, E dan K.
5.      Mineral
Mineral adalah ion anorganik esensial untuk tubuh karena peranannya sebagai katalis dalam reaksi biokimia. Mineral dan vitamin tidak menghasilkan energi, tetapi merupakan elemen kimia yang berperan dalam mempertahankan proses tubuh.
Mineral berperan dalam tiga proses berikut ini:
a.       Penentuan konsentrasi osmotic cairan tubuh, misalnya natrium dan klorida yang berperan dalam mempertahankan cairan ekstrasel. Kalium sangat penting dalam mempertahankan konsentrasi osmotic intrasel.
b.      Proses fisiologis, variasi kombinasi dari ion-ion berperan dalam berbagai proses fisiologis seperti mempertahankan trasnmembran otot, pembentukan neurotransmitter, dan oembentukan hormone, pembekuan darah, transport gas, dan sistem penyangga (buffer).
c.       Sebagai kofaktor esensial berbagai reaksi enzimatik, seperti pada calcium-dependent ATPase pada tulang yang membutuhkan ion magnesium. ATPase untuk mengubah glukosa menjadi asam piruvat membutuhkan ion kalium dan magnesium (Tarwoto dan Wartonah.2010: 60-61).


6.   Air
Merupakan media transport nutrisi dan sangat penting dalam kehidupan sel-sel tubuh.
Setiap hari, sekitar 2 liter air masuk ke tubuh kita melalui minum, sedangkan cairan digestif yang diproduksi oleh berbagai organ saluran pencernaan sekitar 8-9 liter, sehingga sekitar 10-11 liter cairan beredar dalam tubuh. Namun demikian, dari 10-11 liter cairan yang masuk, hanya 50-200 ml yang dikeluarkan melauli feses, selebihnya direabsorpsi (Tarwoto dan Wartonah.2010: 61).
D.    Status Nutrisi
Karakteristik status nutrisi ditentukan melalui adanya indeks massa tubuh (body mass index-BMI) dan berat tubuh ideal (ideal body weight-IBW).
1.      Body Mass Index (BMI)
Merupakan ukuran dari gambaran berat badan seseorang dengan tinggi badan. BMI dihubungkan dengan total lemak dalam tubuh dan sebagai panduan untuk mengkaji kelebihan berat badan (over weight) dan obesitas (Tarwoto dan Wartonah.2010: 64).
2.      Ideal Body Weight (IBW)
Merupakan perhitungan berat badan optimal dalam fungsi tubuh yang sehat. Berat badan ideal adalah jumlah tinggi badan dalam sentimeter dikurangi 100 dan dikurangi atau ditambah 10% dari jumlah tersebut (Tarwoto dan Wartonah.2010: 64).
E.     Pengkajian dan Diagnosis Kebutuhan Nutrisi
Pengkajian kebutuhan nutrisi menurut (Asmadi. 2008: 70):
a.       Aspek biologis, antara lain meliputi:
1)      Umur. Pengkajian ini terkait dengan tumnbuh kembang klien. Tingkat kebutuhan nutrisi salah satunya dipengaruhi oleh faktor usia. Pada masa pertumbuhan, kebutuhan nutrisi sangat besar dibandingkan masa lansia.
2)      Jenis kelamin. Hal yang perlu dikaji antara lain: meningkatkan BNR antara laki-laki dengan wanita berbeda, begitupulan persentase lemak dalam tubuh, dan lain-lain.
3)      Tinggi badan dan berat badan. Pengkajian ini dilakukan salah satunya adalah untuk mengetahui perbandingan antara tinggi  dan berat badan, apakah ideal atau tidak?
4)      Pengukuran antropometri. Pengukuran antropometri ini berguna untuk mengidentifikasi masalah nutrisi klien.
5)      Riwayat kesehatan dan diet. Riwayat kesehatan, misalnya adakah alergi terhadap jenis makanan tertentu? Gangguan pencernaan yang sering dialami? dan lain-lain. Riwayat diet terkait dengan kebiasaan asupan makanan dan cairan klien, jenis makanan yang dikonsumsi, nafsu makan dan lain-lain.
6)      Pemeriksaan fisik.
a)      Keadaan umum: kelemahan, tingkat kesadaran, tanda vital dan lain-lain.
b)      Keadaan kulit: kasar, kering, bersisik, kehilangan lemak dan subkutan, dan lain-lain.
c)      Keadaan kepala: rambut hipopigmentasi, mudah dicabut, sclera kuning, hidung sering mimisan, gigi karies, dan lain-lain.
d)     Keadaan dada: hipertensi, frekuensi napas cepat, dan lain-lain.
e)      Keadaan perut: permukaan perut, adanya garis vena, peristaltik usus, pembesaran hati atau limfe, dan lain-lain.
f)       Keadaan ekstremitas: edema, pergerakan lemah, penurunan lingkar tangan, dan massa otot menurun.
b.      Aspek psikologis.
Perlu dikaji mengenai persepsi klien tentang diet, postur tubuhnya, konsep diri yang terkait dengan bentuk tubuh, respons terhadap stress, apakah banyak makan atau malas makan?, dan lain-lain.
c.       Aspek sosiokultural
Adakah kultur?, nilai-nilai yang dianut terhadap makanan?, praktik budaya yang terkait dengan makanan?, dan lain-lain.
d.      Aspek spiritual
Hal yang perlu dikaji misalnya adanya keyakinan yang dianut klien terhadap makanan?, serta bagaimana keyakinan klien tersebut memengaruhi kebutuhan nutrisinya?, dan lain-lain.
Diagnosis keperawatan terhadap gangguan kebutuhan nutrisi
a.       Perubahan nutrisi bisa kurang atau kurang dari kebutuhan tubuh. Penyebab keberadaan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh antara lain berhubungan dengan penignkatan laju metabolisme, asupan nutrien yang tidak adekuat, peningkatan kehilangan nutrisi, peningkatan kehilangan nutrisi akiba penurunan nafsu makan, dan sebagainya. Penyebab perubahan keadaan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh antara lain berhubungan dengan asupan nutrien  yang berlebihan, kebutuhan nutrisi yeng meningkat, dan sebagainya.
b.      Intoleransi terhadap aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan.
c.       Gangguan konsep diri yang berhubungan dengan perubahan postur tubuh.
F.      Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Melalu Oral, Enteral Dan Parenteral.
Pada orang sehat tidak ada metode khusus dalam memenuhi kebutuhan nutrisi. Sedangkan pada klien dengan gangguan kondisi kesehatannya mengalami hambatan dalam pemenuhan nutrisi. Walaupun sakit, kebutuhan nutrisi harus tetap terpenuhi karena nutrisi berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh sehingga proses kesembuhan dapat berjalan dengan baik. Dengan demikian, perawat harus kompeten dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi klien.
1.      Pemenuhan nutrisi melalui oral
Tindakan ini merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi per oral secara mandiri.
Empat kelompok klien yang sering kali memerlukan bantuan untuk makan, yaitu: lansia yang lemah, klien cacat seperti tunanetra, klien yang harus tetap berada dalam posisi berbaring atau klien yang tidak dapat menggunakan tangannya. Rencana asuhan keperawatan klien akan mengindikasikan bahwa klien tersebut butuh bantuan untuk makan (Kozier.B, dkk. 2009: 440).
Perawat harus sensitif terhadap perasaan klien yang merasa malu, marah, dan kehilangan otonomi. Kapanpun memungkinkan perawat harus membantu klien yang tidak mampu untuk memakan makanannya sendiri. Beberapa klien menjadi depresi karena mereka memerlukan bantuan dan karena mempercayai bahwa mereka menjadi beban bagi staf keperawatan yang sibuk. Walaupun menyuapi klien menghabiskan waktu, perawat harus berupaya untuk tampak tidak terburu-buru dan menyampaikan bahwa mereka memiliki waktu luang. Duduklah di samping tempat tidur klien, lebih baik sejajar mata, adalah cara untuk menyampaikan kesan ini (Kozier.B, dkk. 2009: 440-441).
Adapun peralatan yang perlu dipersiapkan untuk memberikan makanan dan minuman pada klien yang tidak mampu melakukan sendiri, yaitu:
a.       Peralatan makan sesuai kebutuhan: piring, sendok, gelas, pisau, mangkuk untuk cuci tangan dan serbet.
b.      Makanan dan minuman dengan porsi dan menu yang sesuai dengan kebutuhan klien.
Prosedur kerja menurut (Hidayat. A, dan Musrifatul. 2004: 62), yaitu:
a.       Beri penjelasan.
b.      Cuci tangan.
c.       Atur posisi klien dengan duduk/setengah duduk sesuai kondisi klien.
d.      Pasang pengalas.
e.       Tawarkan klien melakukan ritual makan (misalnya, berdoa sebelum makan).
f.       Bantu aktivitas dengan cara menyuapi makan sedikit demi sedikit dan berikan minum sesudah makan.
g.      Bila selesai makan, bersihkan mulut klien dan anjurkan duduk sebentar.
h.      Catan tindakan dan hasil atau respons terhadap tindakan.
i.        Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
Kewaspadaan perawat:
a.       Ciptakan lingkungan yang nyaman bagi orang lain.
b.      Usahakan makanan yang dihidangkan dalam keadaan hangat, kecuali ada indikasi untuk makanan/minuman dingin.
c.       Sajikan porsi makanan sesuai usia klien.
d.      Perhatikan kebersihan alat makan klien.
e.       Untuk klien anak berikan peralatan makan yang menarik.
f.       Perhatikan dan catat, selera makan klien, porsi makan, keluhan dan reaksi klien setelah makan.
2.      Pemenuhan nutrisi parenteral
Pemberian nutrisi parenteral merupakan pemberian nutrisi berupa cairan infus yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui darah vena baik sentral (untuk nutrisi parenteral total) atau vena perifer (untuk nutrisi parenteral parsial). Pemberian nutrisi melalui parenteral dilakukan pada pasien yang tidak dapat dipenuhi kebutuhan nutrinya melalui oral atau enteral (Hidayat. A, dan Musrifatul. 2004: 69).
Metode pemberian:
a.       Nutrisi parenteral parsial, pemberian sebagian kebutuhan nutrisi melalui intravena. Sebagian kebutuhan nutrisi harian pasien masih dapat dipenuhi melalui enteral. Cairan yang biasanya digunakan dalam bentuk dekstrosa atau cairan asam amino.
b.      Nutrisi parenteral total, pemberian nutrisi melalui jalur intravena ketika kebutuhan nutrisi sepenuhnya harus dipenuhi melalui cairan infus. Cairan yang dapat digunakan adalah cairan yang mengandung karbohidrat seperti Triofusin E1000, cairan yang mengandung asam amino seperti Pan Amin G, dan cairang yang mengandung lemak seperti intralipid.
c.       Lokasi pemberian nutrisi secara parenteral melalui vena sentral dapat melalui vena antikubital pada vena basilika sefalika, vena subclavia, dan vena femoralis. Nutrisi parenteral melalui perifer dapat dilakukan pada sebagian vena di daerah tangan dan kaki.
Menurut (Hidayat. A, dan Musrifatul. 2004: 71), prosedur perawatan kateter pemberian nutrisi parenteral, yaitu:
1.      Jelaskan prosedur pada klien.
2.      Cuci tangan.
3.      Gunakan cara aseptik dalam perawatan kateter.
4.      Ganti balutan tiap 24-28 jam.
5.      Ganti set infus maksimal 2×24 jam.
6.      Ganti posisi pemasangan infus maksimal 3×24 jam (perifer).
7.      Perhatikan tanda flebitis, inflamasi, dan thrombosis.
8.      Jangan gunakan untuk pengambilan sampel darah dan untuk pemberian obat.
9.      Lakukan pemantauan selamapemberian nutrisi parenteral, antara lain:
·         Pemeriksaan laboratorium seperti BUN, kreatinin, gula darah, elektrolit, dan faal hepar.
·         Timbang berat badan pasien.
·         Periksa reduksi urin.
·         Observasi jumlah cairan yang masuk dan keluar.
·         Cairan jangan digantung lebih dari 24 jam.
·         Pemberian asam amino harus bersamaan dengan karbohidrat dengan harapan kalori yang dibutuhkan akan dipenuhi karbohidrat.
10.  Cuci tangan setelah prosedur dibutuhkan.
3.      Pemenuhan nutrisi enteral
Metode pemenuhan nutrisi pada klien yang tidak bisa makan melalui mulut, klien tidak sadar, atau oleh karena suatu sebab maka dapat dilakukan melalui nasogastric tube (NGT) atau nutrisi secara parenteral. Selain kompeten dalam pemberian nutrisi melalui NGT, perawat juga harus mampu menghitung kebutuhan kalori klien termasuk menghitung berat badan ideal klien (Asmadi. 2008: 81).
Selang nasogastric digunakan untuk klien yang memiliki refleks muntah dan batuk yang baik, yang mampu mengosongkan lambungnya secara adekuat, dan yang memerlukan pemberian makan melalui slang untuk jangka pendek (Kozier.B, dkk. 2009: 446).
Memasang Nasogastric tube (NGT) adalah melakukan pemasangan slang (tube) dari rongga hidung ke dalam lambung (gaster).
Tujuan dari pemasangan NGT ini, iyalah:
a.       Untuk mencegah/menurunkan distensi abdomen.
b.      Memasukkan cairan/nutrisi ke dalam lambung.
c.       Memelihara status nutrisi.
d.      Untuk lavage sistem gastrointestinale.
e.       Alat bantu prosedur diagnostic.
Pemasangan NGT ini dilakukan pada klien:
a.       Tidak sadar (koma)
b.      Klien dengan masalah saluran pencernaan atas, misalnya stenosis esophagus, tumor mulut/ faring/ esophagus, dan lain-lain.
Persiapan alat:
a.       NGT dengan nomor tertentu sesuai dengan usia klien.
b.       Jelly  yang larut dalam air.
c.       Tongue spate.
d.      Sarung tangan .
e.       Spuit ukuran 50-100 cc.
f.       Stetoskop.
g.      Handuk.
h.      Tisu.
i.        Bengkok.
Prosedur:
a.       Jelaskan tindakan yang akan dilakukan dan tujuannya.
b.      Dekatkan alat-alat ke klien.
c.       Cuci tangan.
d.      Atur posisi klien dalam posisi high fowler.
e.       Pasang handuk pada dada klien dan tisu.
f.       Cek kondisi lubang hidung, perhatikan adanya sumbatan.
g.      Kenakan sarung tangan.
h.      Untuk menentukan insersi NGT, instruksikan klien untuk rileks dan bernapas secara normal dengan menutup salah satu hidung. Kemudian ulangi pada lubang hidung lainnya.
i.        Ukur panjang tube yang akan dimasukkan dengan menggunakan metode:
1)      Metode tradisional:
Ukur jarak dari puncak lubang hidung ke daun telinga dan ke prosessus xipoideus di sternum.
2)      Metode hanson:
Mula-mula tandai 50 cm pada tube, kemudian lakukan pengukuran dengan metode tradisional. Selang yang akan dimasukkan pertengahan antara 50 cm dengan tand tradisional.
j.        Beri tanda pada panjang selang yang sudah diukur dengan plester.
k.      Olesi jelly pada NGT sepanjang 10-20 cm.
l.        Informasikan kepada klien bahwa selang akan dimasukkan dan instruksikan klien untuk mengatur posisi kepala ekstensi. Lalu masukkan selang melalui lubang hidung yang telah ditentukan.
m.    Bila selang telah melewati nasofaring (kira-kira 3-4 cm), instruksikan klien untuk menekuk leher dan menelan.
n.      Jika sudah menelan dan memasang NGT, periksa letak selang dengan cara:
1)      Pasang spuit, yang telah ditarik pendorongnya pada angkanya 10-20 ml udara, pada ujung NGT. Letakkan stetoskop pada daerah gaster. Kemudian suntikkan spuit tersebut. Jika pada auskultasi terdengar suara hentakan udara, berarti selang NGT, masuk ke dalam lambung.
2)      Aspirasi pelan-pelan untuk mendapatkan isi lambung dengan menggunakan spuit.
3)      Memasukkan ujung bagian luar selang NGT ke dalam mangkok yang berisi air. Jika ada gelembung udara, berarti masuk ke dalam paru-paru. Jika tidak ada gelembung udara berarti masuk ke dalam lambung.
o.      Fiksasi selang NGT dengan plester dan hindari penekanan pada hidung.
p.      Tutup ujung luar NGT. Bila tidak ada, penutup dapat di klem.
q.      Evaluasi klien setelah terpasanga NGT.
r.        Rapikan alat-alat.
s.       Cuci tangan.
t.        Dokumentasikan hasil tindakan ini pada catatan perawatan.
Kewaspadaan perawat:
a.       Perhatikan jenis NGT (jika diperlukan tube yang kaku harus direndam dalam air dingin atau sebaliknya jika diperlukan tube yang lunak direndam dalam air hangat kira-kira 15 menit sebelum digunakan.
b.      NGT diganti setelah 7 hari.
c.       Cek penempatan tube yang tepat sebelum memberikan makanan.




BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Nutrisi adalah hasil akhir dari semua  interaksi antara organisme dan makanan yang dikonsumsinya. Dengan kata lain, nutrisi adalah apa yang dimakan seseorang dan bagaimana tubuh menggunakannya.
Tubuh membutuhkan nutrisi untuk kelangsunagn fungsi-fungsi tubuh. Zat gizi berfungsi sebagai pengahasil energi bagi fungsi organ, untuk pergerakan, serta kerja fisik.
Pada orang sehat tidak ada metode khusus dalam memenuhi kebutuhan nutrisi. Sedangkan pada klien dengan gangguan kondisi kesehatannya mengalami hambatan dalam pemenuhan nutrisi. Walaupun sakit, kebutuhan nutrisi harus tetap terpenuhi karena nutrisi berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh sehingga proses kesembuhan dapat berjalan dengan baik. Dengan demikian, perawat harus kompeten dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi klien.
Adapun untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi klien terbagi menjadi 3, yaitu: melalui oral, parenteral dan enteral.
B.     Saran
1.      Diharapkan kepada pembaca agar memberikan masukan-masukan agar penulisan makalah ini kedepannya lebih baik.
2.      Agar para perawat dan calon perawat lebih memahami kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan oleh klien sehingga klien merasa nyaman.